Hari Pertama di Tokyo – Edisi Liburan di Jepang Day 1
Hari Pertama di Tokyo – Edisi Liburan di Jepang Day 1.
Pesawat kami berangkat dari bandara Perth sekitar jam 2 sore. Perjalanan serasa sangat panjang karena cuaca kurang bagus. Dari Perth kami transit di Singapore karena menggunakan penerbangan Singapore Airlines. Yang kemudian dilanjutkan dengan penerbangan dari Singapura ke Narita Airport. Penerbangan dari Perth ke Singapore memakan waktu sekitar 5 jam. Sementara itu dari Singapore ke bandara Narita memakan waktu sekitar 7 jam. Jadi total penerbangan kami dari perth ke Tokyo (Narita Airport) adalah 12 jam.
Sampai di bandara Narita udaranya masih sangat dingin meskipun sudah musim semi. Apalagi kami mendarat pada jam 7 pagi. Setelah melewati bagian imigrasi, seperti biasa kami harus menunggu koper-koper kami. Memakan waktu yang sangat lama untuk koper kami tiba karena saking banyaknya penumpang dari Singapore.
Setelah koper kami tiba, kami keluar dan langsung membeli tiket bus untuk ke Tokyo. Kali ini kami menggunakan agen Limousine Bus karena harganya jauh lebih murah daripada taxi. Harga tiket bus dari bandara Narita ke Tokyo sekitar Rp.310.000 atau 3.100 Yen per orang. Sementara biaya taxi bisa sampai 21.000 Yen atau Rp. 2.500.000 tergantung lancar atau tidaknya perjalanan. Bus berjalan setiap 15-20 menit dan berhenti di hotel ataupun stasiun di seluruh Tokyo . Perjalanan bus memakan waktu rata-rata 2 jam dari bandara Narita ke Tokyo.
Bus yang kami tumpangi hanya sampai di hotel New Otani (Akasaka) yang letaknya kira-kira 1 kilometer dari hotel dimana kami tinggal. Dengan PD-nya saya langsung memilih arah belok kiri dari hotel yang ternyata membawa kita malah menjauh dari tempat tujuan. Dari yang seharusnya jalan kaki 1 kilometer, karena saya salah jadi total perjalanan sekitar 3 kilometer 🙁 Jadi saran saya, segera aktifkan internet / GPS kalian begitu sampai di airport siapa tahu kalian membutuhkannya.
Tiba di hotelGrand Arc Hanzomon dimana kami tinggal untuk 7 malam selama di Tokyo, kami masih harus menunggu lama untuk bisa check in. Karena waktu check in adalah jam 2. Sementara kami tiba di hotel kira-kira jam 10.30 pagi. Restaurantpun belum ada yang buka karena jam makan siang baru dimulai dari jam 11.30 pagi. Tidak seperti kebanyakan restaurant di dalam hotel di Indonesia yang buka setiap saat, restaurant dalam hotel di Jepang hanya buka pada jam-jam tertentu. Untuk menghabiskan waktu, kami berjalan-jalan di sekitar hotel untuk melihat-lihat.
Sushi bento & Ramen – 3200 Yen (Rp. 320.000)
Setelah restaurant di buka, kami memilih Restaurant Mon yang terletak di basement untuk makan siang kami. Restaurant yang menyajikan menu-menu sushi, ramen dan soba ini terlihat bersih dan ramai dikunjungi oleh tamu hotel. Kami memesan Sushi bento dan mie ramen lengkap dengan hidangan sampingannya.
Kami mendapatkan kamar yang terletak dilantai lumayan atas. Begitu kami membuka kamar, pemandangan kota Tokyo inilah yang langsung bisa kami lihat. Indah sekali bukan ? Saya jadi nggak sabar pengen cepat keluar hotel untuk melihat-lihat pemandangan sekitar. Taman yang terlihat adalah Chiyoda Park yang merupakan bagian dari Imperial Palace.
Selesai beristirahat untuk beberapa jam, kami berjalan menuju ke stasiun Yurakucho yang terkenal dengan restaurant lokal-nya. Restaurant-restaurant tersebut terletak tepat dibawah rel kereta api. Dimana pekerja-pekerja di Tokyo menghabiskan malamnya disana sambil menikmati makan malam mereka setelah selesai bekerja. Disepanjang jalan tak henti-hentinya saya mengagumi Chiyoda park yang kami lewati. Indah dan sangat bersih.
Kami juga melewati salah satu gerbang dari Imperial Palace. Yang tentunya dijaga ketat oleh petugas keamanan.
Kira-kira 20 menit kemudian, sampailah kami di Yurakucho. Tempat ini terkenal sekali karena makanannya. Banyak sekali restaurant-restaurant di bawah rel kereta api. Hampir semuanya penuh dengan pengunjung. Bahkan restaurant yang pertama kami datangi tidak bisa lagi menampung tamu alias penuh. Salah satu pelayannya menanyakan jika kami sudah memesan tempat disana.
Setelah 15 menit berjalan disekitar Yurakucho, kami melihat satu restaurant yang namanyapun kami tidak tahu karena semua dalam bahasa Jepang ! Tapi kelihatan bersih dan lebih besar dibanding dengan restaurant-restaurant lain. Masuklah kami disitu.
Ruangan restaurant berbentuk kecil memanjang. Ketika kami tiba disana suasananya sepi dan hanya ada beberapa meja yang terisi tamu. Tapi satu jam kemudian tempat ini penuh, bahkan sampai menolak pengunjung karena saking ramainya.
Malam itu kami memesan makanan porsi kecil-kecil seperti halnya finger food. Kami melirik sana sini untuk melihat-lihat apa yang dipesan orang lain. Karena kami ingin mencoba makanan yang belum pernah kami makan sebelumnya. Setelah mendapat ide, barulah kami mulai memesan.
Ubi jalar manis goreng. Kedengarannya memang kurang menarik. Tapi rasa ubi ini berbeda dengan ubi-ubi yang kita dapati di Indonesia. Rasanya manis dan tidak terlalu lembek, tekstur-nyapun berbeda.
Tosa style soup. Sup ini berbeda dengan miso. Rasanya gurih manis. Cocok untuk hawa dingin 🙂
Golden Fried Shimanto Chicken (Ayam goreng). Ayam goreng ini mirip-mirip chicken katsu, dihidangkan bersama irisan daun bawang, terong dan sayuran lainnya.
Tiga menu diatas sebenarnya sudah membuat kami kenyang. Tapi karena kami melihat banyak orang memesan ikan Bonito asap, jadi apa boleh buat. Kamipun ikut memesan satu porsi.
Ikan Bonito di masak hanya dengan cara diasap dengan menggunakan batang padi yang sudah kering. Proses memasak yang sangat singkat membuat tekstur ikan masih mentah didalam, namun dedikit matang di bagian luar dengan aroma dan rasa asap.
Ikan Bonito asap ini hanya dinikmati bersama wasabi, garam, bawang putih iris mentah dan serutan lobak putih. Bisa dibilang lebih berkarakter dibanding dengan sashimi 🙂 Teksturnya lembut dan rasanya gurih. Kalau di Indonesia, rasa ikan bonito ini sedikit mirip dengan ikan tongkol.
Entah karena udaranya yang dingin atau memang kami berdua yang doyan makan. Sebelum meninggalkan restaurant kami memesan menu penutup. Yaitu Creme Brûlée 🙂 . Porsinya dua kali lipat di bandingkan dengan creme brûlée yang biasa kami makan !
Dalam perjalanan kembali ke hotel, kami menyempatkan diri untuk menikmati indahnya bunga sakura yang ada di pinggir jalan. Pantulan cahaya dari lampu-lampu jalan menambah kecantikan bunga-bunga sakura di malam hari. Romatis sekali 🙂
Kembali dari makan malam di Yurakucho, kami langsung menuju ke hotel karena sudah larut malam (sekitar jam 11 malam). Pemandangan dari kamar pada malam hari tak kalah bagusnya dengan pemandangan siang tadi. Kami bisa melihat Tokyo tower dengan jelas. Hari pertama di Tokyo bisa dibilang sangat mengesankan. Oyasumi…… zzzz…zzzz..zzzz..
Ps:
Untuk sekedar informasi, saya sangat merekomendasikan hotel Grand Arc Hanzomon karena lokasinya yang sangat strategis. Hanya sekitar 5 menit dari metro (kereta api bawah tanah) pintu exit 1. Dekat dengan Chiyoda Park, Imperial palace dan Yasukuni Shrine. Harga hotel ini sangat terjangkau. Untuk dua orang, harganya sekitar 1.5juta per malam. Tergantung season, low atau high.
Ikuti terus postingan-postingan Dapur Arie yang akan datang 🙂 Silahkan meningggalkan pesan dibawah jika kalian ada pertanyaan mengenai liburan ke Jepang. Arigato 🙂
Buku Harian Dapur Arie tertanggal 09.04.2015.
Related