Hari Kelima di Tokyo – Edisi Liburan di Jepang Day 5
Hari Kelima di Tokyo – Edisi Liburan di Jepang Day 5.
Anjing legenda Hachiko.
Hari kelima di Tokyo bisa dibilang relax. Rencana kami hanyalah bertemu dengan teman lama kami dari Italia. Terakhir kali kami bertemu satu sama lain adalah ketika kami berlibut di Italia pada tahun 2006. Sembilan tahun kemudian kami bertemu kembali bukannya di Italia atau di Australia, melainkan di Jepang.
Kami berencana untuk bertemu di stasiun kereta api Shibuya sekitar jam 9.15 pagi, tepatnya di dekat patung anjing Hachiko. Kalau kalian belum pernah mendengar cerita tentang anjing Hachiko, saya anjurkan kalian untuk membaca ceritanya atau bahkan menonton film-nya. Ceritanya sangat mengarukan sekali bahkan membuat saya meneteskan air mata.
Singkat ceritanya pada sekitar tahun 1924 seorang profesor agriculture yang bernama Hidesaburo Ueno dari Universitas Tokyo, mengambil Hachiko, anjing berwarna keemasan sebagai hewan peliharaan. Setiap jam pulang kerja, Hachiko menyambut si profesor di dekat Stasiun Shibuya. Hal ini berlangsung setiap hari sampai bulan Mei 1925, ketika tiba-tiba Profesor Ueno tidak pernah kembali lagi. Profesor itu menderita pendarahan otak dan meninggal dan tidak pernah kembali lagi ke stasiun kereta api di mana Hachiko menunggunya setiap hari. Selama sembilan tahun, sembilan bulan dan lima belas hari, Hachiko tetap menunggu kembalinya profesor Ueno di stasiun Shibuya. Hachiko kemudian meninggal pada tanggal 8 Maret 1935, dan ditemukan di sebuah jalan di daerah Shibuya. Anjing itu meninggal karena penyakit kanker. Cerita yang sangat mengharukan…..
Bertemu teman lama setelah 9 tahun.
Tak lama kami menunggu, teman kami Andrea datang bersama Miki. Sepertinya tak ada yang berubah dari teman kami. Setelah berbincang – bincang sebentar untuk temu kangen, lalu bersama-sama kami pergi ke Sunshine City. Sampai disana kami melihat-lihat apa yang ada didalam Mall tersebut. Terus terang saja kami semua bisa dibilang sedikit “nerd” hahhahahha…. ! Jadi tempat-tempat yang kami kunjungipun bukannya butik tas Louis Vuitton atau sepatu Louboutin. Melainkan toko pusat Pokemon, NamjaTown dan lain sebagainya 🙂
NamjaTown.
Toko Pokemon di Sunshine city.
Setelah selesai melihat-lihat, kami langsung menuju ke sebuah restaurant yang khusus menghidangkan menu makanan khas daerah Okinawa. Menu makanan Okinawa terkenal dengan daging pork yang dimasak hingga teksturnya sangat lembut.
Goya Chanpuru.
Goya adalah bahasa Jepang untuk pare. Makanan ini berasal dari daerah Okinawa dan bahan utamanya adalah pare, tahu, telur, kecambah, dan ditaburi dengan ikan bonito kering yang di iris tipis-tipis.
Soki soba. Bahan utamanya adalah mid, pork, ditaburi dengan iris an daun bawang dan acar jahe (pickled ginger).
Menu mie diatas hampir sama dengan Soki soba. Hanya saja dihidangkan dengan telur mentah ceplok di atasnya.
Karena mereka harus bekerja setelah jam makan siang, maka kami kembali ke hotel untuk beristirahat sebelum hang out bersama Andrea dan Miki lagi nanti malam.
Sore harinya kami bertemu di stasiun Shibuya lagi. Lalu berjalan kaki ke sebuah pub untuk mengawali malam kami.
Tak lama kemudian minuman datang.
Kami juga memesan keju sebagai makanan kecil. Tetapi saya kaget sewaktu waiter meletakkan keju yang kami pesan karena menurut saya terlihat seperti permen susu. Teman kami langsung tahu apa yang saya pikirkan dan memberi tahu saya kalau itu keju yang biasa mereka hidangkan di pub di tokyo sebagai cemilan. Bukan keju platter seperti di negara-negara lain.
Selesai di pub kami berjalan-jalan sebentar lalu menuju restaurant yang terletak di lantai atas sebuah mall di Shibuya. Restaurant ini terkenal dengan menu makanan Okonomiyaki, makanan yang terkenal di daerah Osaka.
Restaurant ini tidak terlalu besar, tapi cukup nyaman dan ramai pengunjung. Seperti normalnya restaurant-restaurant tradisional Jepang, kami harus melepas sepatu kami ketika memasuki restaurant.
Dengan serta merta waiter membawakan menu kepada kami. Voila !!!! Sewaktu kami buka, menu tersebut dalam bahasa Jepang. Untung ada Miki 🙂 Beberapa saat kemudian Miki menerangkan kepada kami menu-menu yang ada. Dengan senang hati kami memberitahu Miki untuk memesan makanan. Asalkan makanan-makanan yang belum pernah kami coba.
Makanan diatas disebut okonimiyaki. Semacam omelet dengan isi daging sapi giling.
Dua menu diatas juga sejenis okonomiyaki atau omelete ala Jepang namun dengan bahan yang sedikit berbeda.
Mie Soba.
Untuk desert kami pilih green tea ice cream dan satu lagi seperti creme brûlée tapi berbeda.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 11.30 malam. Restaurant-pun sudah mulai sepi pengunjung. Kamipun meminta bon dan membayar sekalian berjalan keluar.
Satu hal yang kami temui sangat convenient. Kami merasa nyaman dan aman berjalan di kota Tokyo meskipun larut malam.
The fifth day of our trip was well spent 🙂
Ikuti terus postingan-postingan Dapur Arie tentang pengalaman liburan di Jepang berikutnya. Silahkan untuk meningggalkan pesan dibawah jika kalian memiliki pertanyaan mengenai liburan di negeri Sakura. Arigato 🙂
Buku Harian Dapur Arie tertanggal 13.04.2015.
Related