Hari Kedua di Tokyo – Edisi Liburan di Jepang Day 2
Hari Kedua di Tokyo – Edisi Liburan di Jepang Day 2.
Yasukuni Shrine (Kuil Yasukuni).
Selesai sarapan, kami meninggalkan hotel sekitar jam 09.30 pagi. Dingin sekali udara pagi itu. Kami berjalan kaki menuju Yasukuni Shrine (Kuil Yasukuni) yang jaraknya tidak terlalu jauh. Perjalanan dari Hotel Grand Arc Hanzomon ke Yashukuni Shrine kami tempuh dalam waktu sekitar 25 menit.
Sesampainya digerbang kuil, ada seorang bapak-bapak yang berbicara dalam bahasa Jepang kepada kami. Saya hanya menggelengkan kepala karena tidak tahu sama sekali apa maksud beliau. Lalu beliau memberikan isyarat kepada kami untuk menunggu sebentar. Bapak-bapak itu meninggalkan kami lalu berlari menuju ke sebuah bangunan yang terlihat seperti kantor. Kami masih bingung dan mengira-ira apa maksud dari bapak itu.
Tak lama kemudian beliau keluar dengan membawa pamflet mengenai kuil Yasukuni dalam bahasa Inggris. Ooooh….baru kami tahu kalau bapak tersebut ingin bertanya kalau kami menginginkan pamflets tentang Kuil dan sejarahnya dalam bahasa Inggris. Bapak-bapak itu sangat santun sekali 🙂 Lalu kami berdua membungkuk dengan mengucapkan Arigato. Beliaupun tersenyum dan melakukan hal yang sama sambil tersenyum. Pagi itu terasa lebih indah karena keramahan si Bapak yang kami temui. God Bless him, pikir saya. Lalu kami berjalan menuju kuil.
Kuil Yasukuni atau Yasukuni Jinja adalah kuil Shinto yang dibangun oleh Kaisar Meiji untuk memperingati orang-orang yang meninggal ketika bekerja atau melayani Kekaisaran Jepang. Yaitu mulai dari tahun 1868 sampai pada saat pendudukan Sekutu pada tahun 1947. Sekedar informasi, pengambilan foto dilarang tepat di bagian luar kuil.
Area kuil sangat luas sekali, dimana ada sekitar 600 pohon sakura di sekitarnya. Bahkan pohon sakura yang tertua ditanam pada tahun 1870. Bunga sakura di Kuil Yasukuni digunakan oleh badan meteorologi untuk cherry blossom forecast (perkiraan mekarnya bunga sakura) setiap tahun.
Kalau kalian mengunjungi kuil ini pada waktu musim Bunga Sakura, pastikan kalian membeli Kue Bunga Sakura di depan kuil. Rasanya lumayan enak, dan yang paling penting adalah sebagian dari hasil penjualan didonasikan kembali untuk perawatan kuil Yasukuni.
Tidak hanya kuil yang menarik banyak perhatian di tempat ini. Ring untuk sumo, museum dan taman-taman indah tak kalah menariknya untuk dilihat. Foto diatas kami ambil dari salah satu taman di belakang kuil yang bernama Shinchi Teien (sacred pond garden). Dimana terdapat kolam dan jalan kecil menuju tea house. Indah sekali. Taman ini sangat terkenal tidak hanya di kota Tokyo, namun juga di seluruh Jepang karena umur dan keindahannya. Sementara monumen Dr. Pal, Patung Janda bersama dengan anaknya, Patung Omura Masujiro (penemu dari tentara Jepang moderen), cafe dan gift shop juga ada disekitar.
Museum Yushukan dibuka pada tahun 1882. Museum ini digunakan untuk menyimpan dan memamerkan relics. Letaknya di sebelah kanan kuil utama (jika kalian menghadap kuil).
Pada saat musim bunga sakura hampir habis, tanah di bawah pohon tertutup oleh kelopak bunga sakura yang berjatuhan (seperti foto diatas). Suasananya sepi, tepat sekali untuk dijadikan tempat relax atau sekedar membaca buku.
Chiyoda Park.
Dari kuil Yasukuni kami berjalan menuju Chiyoda Park, dimana Imperial Palace Tokyo berada. Pohon sakura berjajar anggun di sepanjang jalan menuju pintu gerbang taman. Sayang sekali kami telat beberapa hari untuk full blooming bunga sakura. Tapi kalian bisa bayangkan sendiri bagaimana indahnya bunga-bunga sakura tersebut jika semuanya mekar bersamaan. Pohon-pohon itu akan dipenuhi dengan warna pink dan putih dari kelopak-kelopak sakura.
Di dalam taman terlihat rapi dan sudah pasti terjaga. Petugas pembersih toilet bersepada dari satu toilet ke toilet yang lain untuk menjaga kebersihannya. Bahkan kami melihat satu keluarga yang terdiri dari orang tua dan anaknya terlihat membersihkan taman secara sukarela. Ternyata banyak sekali sukarelawan seperti itu di Jepang. Yang merelakan hari libur mereka untuk menjaga keindahan dan kebersihan tempat-tempat umum. Mereka terlihat sekali bangga akan budaya dan negaranya. Sangat patut ditiru.
Foto diatas adalah foto bagian dari Chiyoda Park dilihat dari kamar hotel kami. Jadi kalian bisa melihat seberapa besar ukuran taman ini. Pada saat pagi dan sore, taman ini juga digunakan untuk jogging oleh penduduk sekitar. Senang sekali kami melihatnya.
Imperial Palace.
Dari Chiyoda Park kami langsung berjalan ke Imperial Palace. Istana di Tokyo ini masih didiami oleh keluarga kerajaan. Maka dari itu istana ini dijaga ketat sekali oleh para penjaga-penjaganya. Sekedar informasi, Imperial palace hanya dibuka untuk umum dua kali satu tahun. Yaitu tanggal 2 Januari (tahun baru) dan tanggal 23 Desember, hari untuk memperingati ulangtahun Kaisar.
Gedung penjaga disudut area istana. Meskipun tidak bisa melihat-lihat ke dalam Imperial Palace, usahakan untuk meluangkan waktu berjalan memutari area ini. Karena pemandangannya lumayan bagus. Apalagi pada saat musim bunga sakura.
Setelah selesai berjalan-jalan disekitar Chiyoda Park dan Imperial Palace, kami langsung menuju ke stasiun kereta api Tokyo untuk membeli tiket kereta api kami. Tiket ini bisa di isi ulang dan cara pemakaiannya tinggal di tempelkan dimesin yang ada di pintu masuk atau keluar stasiun. Jadi simpan kartu ini ditempat yang gampang diambil.
Ueno Park & Museum National.
Perjalanan ke Ueno Park adalah perjalanan pertama kami menggunakan jasa kereta api di Tokyo. Taman ini terkenal dengan bunga sakurannya yang berjumlah lebih dari 1000 pohon. Pada saat full blooming, tempat ini didominasi oleh warna pink dan putih kelopak-kelopak bunga sakura. Ribuan orangpun berdatangan untuk melalukan Hanami (menikmati bunga sakura ala Jepang).
Nuansa taman ini berbeda sekali dengan Chiyoda Park. Disini lebih ramai pengunjung dan kami banyak menemui orang-orang gelandangan yang duduk atau tidur di sekitar taman. Kasihan sekali kami melihatnya. Mungkin karena taman di Chiyoda terletak bersebelahan dengan Istana Kerajaan (Imperial Palace). Jadi terlihat lebih bersih.
Tidak hanya pohon-pohon sakura saja yang bisa dinikmati, di taman ini juga terdapat rumah-rumah Jepang kuno dan kuil-kuil. Seperti Kiyomizu Kannon Temple, Toshogu Shrine, dan Bentendo. Tak kalah pentingys, di Ueno Park juga terdapat Starbucks 😉
Tak jauh dari Ueno Park adalah Museum Nasional. Museum ini terdiri dari tiga gedung terpisah dimana setiap gedungnya memiliki fungsi yang berbeda-beda. Gedung di atas adalah merupakan gedung utama dimana terdapat barang-barang sejarah Jepang. Museum ini disebut Honkan (Japanese Galery). Treasure yang dipamerkan termasuk senjata samurai, baju perang samurai, baju kimono dan lain sebagainya.
Sementara gedung di sebelah kiri dari gedung utama disebut Hyokeikan. Gedung ini selesai dibangun pada tahun 1909. Biasanya digunakan untuk special exhibition.
Sedangkan gedung di sebelah kanan disebut Toyokan (Asian Gallery), Digunakan untuk memajang benda-benda bersejarah yang berasal dari negeri Cina, Korea, Asia Tenggara, India dan Mesir.
Museum-museum diatas sangat layak untuk dikunjungi. Apalagi pada saat cuaca hujan seperti sewaktu kami kesana. Banyak sekali yang bisa dilihat-lihat. Beberapa pohon sakurapun masih mekar sempurna di sekita museum.
Sekitar jam 5 sore hujan mulai reda. Kami naik kereta dari Ueno station ke Yurakuco station. Kami makan malam disana lagi, tapi ditempat yang berbeda dengan malam sebelumnya. Kami suka sekali tempat ini karena banyak restoran-restoran lokal yang unik dan selalu ramai oleh pengunjung yang mayoritas orang lokal.
Kali ini kami mencoba restoran Yakitori atau sate ala Jepang. Kami memesan 8 yakitori daging ayam. Dimana kedelapan yakitori tersebut berasal dari bagian ayam yang berbeda. Yaitu terdiri dari daging ayam, hati ayam, empela, jantung, daging ayam giling, tulang lunak dari dada ayam, usus dan tulang lunak dari lutut ayam. Menurut saya yakitori tak seenak sate ayam atau sate kambing Indonesia. Rasanya kurang nendang di lidah !
Untuk menemani yakitori, kami juga memesan bawang putih goreng dan udang kecil goreng. Meskipun udang-udang ini berukuran kecil, tapi rasanya sangat gurih. Apalagi dinikmati dengan bawang putih goreng.
Masih juga belum kenyang, kami memesan ikan goreng.
Dan yang terakhir tahu goreng. Karena akhirnya merasa kenyang, kami tidak memesan desert atau menu penutup karena sudah tidak muat lagi 🙂
Kami berjalan kembali ke hotel. Istirahat, tak sabar untuk memulai petualangan baru keesokan harinya.
Kesimpulan dari hari kedua di Tokyo adalah sangat menyenangkan 🙂
Ikuti terus postingan-postingan Dapur Arie tentang tips, makanan dan tempat-tempat asik yang musti dikunjungi di Jepang 🙂 Untuk kalian yang ingin tahu cara memasak makanan Jepang, bisa di cek di Berlibur Sambil Belajar Memasak di Jepang.
Silahkan untuk meningggalkan pesan dibawah jika kalian memiliki pertanyaan mengenai liburan ke Negeri Sakura. Arigato 🙂
Buku Harian Dapur Arie tertanggal 10.04.2015.
Related