Air Terjun Lawean di Gunung Wilis
Tempat ini selalu mengingatkan saya akan masa kecil. Masa-masa ketika saya masih duduk di bangku sekolah dan menjadi anggota pramuka. Tempat ini sering sekali digunakan untuk acara mendaki. Bahkan setelah lulus SMA-pun saya masih suka hiking kesini. I’m in love with this place 🙂 Saking cintanya, saya tidak pernah melihat jam dan mengukur berapa lama perjalanan yang ditempuh untuk mendaki dan kembali kerumah. Ya…barangkali 5 jam……I’m not sure 🙂 Air terjun lawean tidak hanya terletak di Penampiha saja, namun di desa Sumberpandan juga terdapat satu air terjun yang sering dikunjungi masyarakat, yaitu lawean Sumberpandan.
Belum lama ini saya mengunjungi Lawean Penampihan (Januari 2014) dengan keluarga. Pemandangan tempat masih sama seperti waktu terakhir saya kesana kira-kira 15 tahun yang lalu, hanya saja bedanya kalau dulu Penampihan bagian atas ini dipenuhi dengan hijaunya pohon-pohon teh sekarang diganti dengan tanaman sayuran seperti sawi, cabe dan kol. Sewaktu saya kecil, di Penampihan dan Sumberpandan terdapat pabrik teh peninggalan jaman Belanda. Bahkan bangunannyapun terlihat kolonial sekali, tapi sayang sekarang hanya tinggal puing bangunannya saja.
Sebelum menuju ke air terjun, kami berhenti sejenak di candi Penampihan. Candi bangunan Hindu kuno peninggalan sejarah kerajaan Mataram ini di bangun pada tahun 898M. Legenda yang sangat lekat dengan candi Penampihan adalah cerita mengenai ditolaknya lamaran pernikahan pembesar dari Ponorogo kepada putri Kediri bernama Kilisuci. Dari situlah candi ini memiliki nama lain yakni candi Asmoro Bangun. Untuk cerita lebih lengkapnya silahkan mampir ke candi Penampihan dan berbincang-bincang dengan mbak Winarti yang merupakan juru kunci candi semenjak tahun 1977.
Setelah selesai meihat-lihat candi, kami meneruskan perjalanan. Mendung mulai merambat turun ketika kami memasuki hutan. Tapi untung tidak sampai turun hujan deras melainkan hanya rintik-rintik itupun cuma sebentar saja.
Kira-kira kurang dari dua jam, sampailah kami di air terjun. Oooohhh, udara bersih nan sejuk mulai memasuki rongga dada, membuat saya merasa segar kembali.
Saya menyempatkan diri untuk bemain-main dengan air yang terasa sangat dingin. Air terjun yang jatuh itu terlihat bening seperti kristal, sangat menyejukkan hati. Tak lama kemudian saya duduk di atas sebongkah batu besar yang terletak di dekat air terjun…..oh….indah sekali tempat ini. Saya merasa besyukur bisa menikmati pemandangan indah ini 🙂
Vicky dan Rafi adalah pemandu kita hari itu (terimakasih ya, sudah menyempatkan diri untuk mengantar kita). Tak terasa waktu sudah hampir sore, kami semua bersiap-siap untuk perjalanan pulang.
Perjalanan pulang ternyata lebih susah dibanding dengan perjalanan naik, karena jalannya sangat licin setelah gerimis. Jadi kami harus extra hati-hati, meskipun demikian beberapa dari kami terpeleset jatuh berkali-kali, tapi malah membuat kami semua tertawa 🙂
Medan seperti ini banyak ditemui sepanjang jalan. Tapi seingat saya, jalan air terjun ini tak sesulit air terjun Sumberpandan.
Aaaah…..akhirnya sampai juga kita diluar hutan. Suasana sangat hijau dan sepi. I like it.
See you next time, Lawean Penampihan. It was such a great hike as usually and little bit of adventure for others, thank you
Related
6 comments
Skip to comment form
Mbak Arie, masa kecil saya dulu ( saya sekarang umur 46th ) waktu masih umuran 17th punya teman sekolah tinggal tidak jauh dari kebun teh dan pabrik tehnya. saya suka sekali dan sering berkunjung ke rumah teman saya itu,sekedar ber weekend, duh suasananya dingin tenang dan nyaman.. bangunan dan suasana komplex pabrik teh tsb bisa saya temui di negeri 2 eropa setelah saya bekerja. Dulu sewaktu saya masih sering kesana ada disana dulu beberapa keturunan orang belanda yg masih tinggal, anaknya cakep cakep. sayang sekali aku tidak pernah kesampean pergi kesana lagi setelah 29 tahun ini… sangat di sayangkan kalau bangunan2 pabrik teh tsb sekarang tinggal puing2.
Salam,
Arifin
Author
Hallo Pak Arifin, terimakasih sudah mampir ke blog saya 🙂 . Air terjun masih sama asrinya. Tapi bangunan-bangunan bekas Belanda seingat saya sudah nggak ada lagi. Memang sayang sekali kita kurang memelihara peninggalan bersejarah tersebut. Bahkan kebun teh-nya sudah nggak ada lagi, hanya tinggal beberapa 🙁 Banyak sekali kenangan masa kecil saya disana. Hampir setahun sekali saya hiking dari SMP sampai SMA. Setelah lulus SMA di tahun 1997, tahun kemarin adalah kali pertama saya ke air terjun lagi.
Salam,
Arie
makasih banyak infonya mba, moga2 bermanfaat, moga2 akhir bulan ini jadi kesana, hehee…keep blogging mba 🙂
Author
You are most welcome, Nova. Semoga infonya bermanfaat. Met hiking ya 🙂 Saya tunggu comment – comment berikutnya 🙂
mba,mau numpang tanya nih,hehee…saya mau backpacker ke air terjun lawean dari malang, kira2 angkutan umum kesana ada nggak ya mbak? thx for the reply 🙂
Author
Hi Nova. untuk angkutan umum biasanya hanya sampai pasar Sendang (dari kota Tulungagung dengan mobil angkutan bertanda huruf J) lalu naik ojek. Tapi sekarang jarang sekali, kecuali kamu group, biasanya mobil angkotnya mau nganterin sampai Candi dengan harga yang kalian sepakati. Tapi kalau sendiri, mending kamu naik bus aja sampai ngujang, kemudian naik ojek sampai candi penampihan/Asmoro Bangun. Baru naik ke air terjun. Let me know if you need any more info and hank you for visiting this blog 🙂