Ada Apa di Nikko – Edisi Liburan di Jepang Day 7
Ada Apa di Nikko – Edisi Liburan di Jepang Day 7.
Perjalanan satu hari ke Nikko dengan kereta.
Alarm berdering tepat jam 5 pagi. Setelah selesai bersiap-siap, kami meninggalkan hotel sekitar jam 7 pagi menuju ke stasiun kereta api di Tokyo. Udara masih sangat dingin tapi untung saja tidak hujan.
Hari ini adalah kedua kalinya kami menggunakan fasilitas kereta api Shinkansen (Bullet Train). Yang pertama adalah ketika kami mengunjungi Hanamiyama Park, Fukushima untuk menikmati bunga sakura. Tiket yang kami beli satu hari sebelumnyapun tidak lupa kami bawa. Ketika kami tiba di stasiun kereta api di Tokyo, hari masih relatif pagi. Kami sengaja berangkat jauh lebih awal agar tidak tergesa-gesa. Kami melihat-lihat beberapa kiosk yang menjual bento box dan snack untuk dimakan di kereta.
Setelah selesai membeli makanan, kami menikmati secangkir teh panas di ruang tunggu. Orang-orang yang berada diruang itu terlihat masih mengantuk, bahkan beberapa dari mereka ada yang memejamkan mata. Tak lama kemudian kereta api kami datang. Kereta api yang kami tumpangi meninggalkan stasiun Tokyo tepat jam 8.08 pagi. Dari Tokyo kami menuju ke stasiun Utsunomiya, karena tidak ada kereta Shinkansen yang langsung menuju ke Nikko. Baru dari stasiun Utsunomiya kami berganti kereta api lokal menuju Nikko tapi masih milik perusahaan yang sama yaitu JR (Japan Rail). Jadi kami tidak perlu membeli tiket lagi, cukup hanya menunjukkan JR Pass kami. Perjalanan dari Tokyo ke Utsunomiya dengan kereta Shinkansen memakan waktu hampir satu jam. Begitu juga perjalanan dengan kereta api lokal dari Utsunomiya ke Nikko.
Tak lama setelah kereta Shinkansen bergerak, kami berduapun menikmati sarapan pagi bento box yang kami beli.
Dalam perjalanan ke Nikko dari Utsunomiya, saya menyempatkan diri untuk tidur sejenak. Hangat dan nyaman sekali di dalam kereta api karena mesin pemanas gerbong yang terletak tepat dibawah tempat duduk berfungsi dengan baik.
Ada apa di Nikko ?
Setibanya di Nikko, cuaca mendung dan sepertinya hujan akan datang. Begitu keluar dari stasiun, kesan yang kami dapat adalah kota tua yang terpelihara dengan baik. Lihat saja bangunan stasiun diatas. Sangat authentic bukan ?
Kami menelusuri jalan utama di dalam kota kecil itu menuju Nikko National Park. Mendung bergerak pelan mulai menyelimuti perbukitan disekitar, tapi masih untung belum hujan. Kami melihat beberapa pohon sakura yang masih berbunga di sepanjang jalan, masih terlihat cantik meskipun sudah memasuki akhir musim. Setelah kurang dari tigapuluh menit berjalan, sampailah kami di Nikko National Park yang merupakan World Heritage. Taman yang terletak di perbukitan ini merupakan tujuan utama setiap turis yang mengunjungi kota Nikko karena adanya bangunan-bangunan kuil kuno.
Nikko National Park – Taman Nasional Nikko.
Tepat dipertigaan lampu merah sebelum memasuki Nikko National Park di sebelah kiri jembatan utama terdapat jembatan tradisional yang bernama Shinkyo. Jembatan ini juga terkenal sebagai sacred bridge. Sayang sekali kami tidak bisa melewati jembatan tersebut karena ditutup. Dari jembatan kami bisa melihat perbukitan yang dipenuhi dengan berbagai macam pohon termasuk pohon pinus.
Sementara foto diatas adalah yang kami ambil disebelah kanan jembatan. Air sungai yang mengalir terlihat bersih, bening seperti kristal. Dimana dasar sungai terlihat jelas.
Setelah menyeberangi lampu merah, kami langsung menaiki tangga yang terbuat dari batu yang tertata rapi. Pohon-pohon disekitar terlihat berusia sangat tua dan terjaga dengan baik. Pengunjung masih belum terlalu banyak sewaktu kami disana, membuat suasana tambah sunyi.
Perjalanan menuju ke kuil bangunan utama tidak terlalu jauh, dan bisa dibilang menyenangkan karena sangat sepi dan udara sejuk. Saran saya untuk kalian yang ingin mengunjungi Nikko, sebaiknya memakai flat shoes atau sepatu olah raga kecuali kalian mengendarai mobil. Agar perjalanan lebih nyaman.
Rinnoji Temple.
Sesampainya dikuil utama yang bernama Rinnoji, kami tidak bisa melihat bangunan kuil dari luar. Karena seluruh kuil tertutup oleh gedung bangunan sementara yang dibuat selama kuil dalam proses perbaikan atau renovasi. Untungnya pengunjung diperbolehkan masuk untuk melihat proses perbaikan dengan biaya yang sangat murah. Kami bisa melihat dengan jelas balok-balok kayu dari bangunan asli yang sebagian termakan hama dan harus diganti dengan kayu baru. Pekerja-pekerja terlihat sangat profesional sekali, alat-alat yang mereka gunakanpun sangat moderen. Semuanya serba computer.
Bangunan ini adalah bangunan kuil yang paling penting di kota Nikko. Kuil ini ditemukan oleh seorang Biksu bernama Shodo Shonin. Beliau adalah biksu yang mengajarkan agama Budha di kota Nikko pada abad 8.
Renovasi tempat ini diperkirakan selesai pada tahun 2021 (WOW….sepertinya super lama). Tapi memang bisa dilihat bahwa pengerjaan kuil ini tidak bisa sembarangan karena merupakan peninggalan sejarah penting negeri sakura. Saking protective-nya, pengambilan foto didalam kuil inipun dilarang. Meskipun demikian, kami sangat menikmati kunjungan kami ke tempat ini. Jangan lupa untuk melihat-lihat taman yang terletak tepat diseberang Rinnoji temple, yaitu Shoyoen Garden.
Tepat didepan kuil terdapat tempat pembakaran dupa yang berukuran besar. Kami bisa mencium bau dupa dari kejauhan.
Diatas adalah foto yang kami ambil dari luar gedung, dari jarak yang lumayan jauh. Kalian pasti bisa bayangkan seberapa besar ukuran kuil tersebut.
Suasana di sekitar kuil sangat asri, bahkan terdapat sungai kecil dan kolam dimana ikan-ikan berenang.
Di belakan kuil utama terdapat satu bangunan yang digunakan sebagai treasure building alias tempat menyimpan benda-benda berharga.
Selesai melihat-lihat Rinnoji Temple kami merasa sangat lapar. Tak ada banyak restoran yang kami jumpai di area Nikko National Park. Kami menemukan satu restaurant kecil yang juga menjual Souvenir dimana menu makanannyapun sangat terbatas. Karena udara sangat dingin, maka kami berdua memesan mie ramen. Restauran penuh dengan pengunjung dalam sekejap, untung kami sudah mendapatkan tempat duduk sewaktu kami tiba disana.
Taiyuin Temple.
Selesai makan siang, kami meneruskan perjalanan menuju ke kuil lainnya. Udara bertambah dingin dan sepertinya hujan akan datang setiap saat.
Benar saja perkiraan kami, sesampainya di area kuil, hujan lebatpun datang seketika. Kami berteduh dibawah pinggiran kuil sampai hujan reda. Tapi saking tidak sabarnya kami ingin melihat-lihat bangunan shogun, kamipun meneruskan perjalanan dibawah guyuran air hujan.
Suasana di sekitar kuil Taiyuin sangat sunyi karena terletak tepat ditengah-tengah pepohonan yang terlihat sudah sangat tua. Area ini mengingatkan saya akan cara hidup samurai. Dimana mereka bekerja untuk para shogun untuk menjalankan aksi mereka secara diam-diam 🙂
Para pengunjung tidak diperbolehkan untuk memasuki area bangunan yang terletak tepat setelah pintu masuk. Kami harus menaiki tangga belok kiri untuk melihat bangunan utama kuil Taiyuin.
Setelah menaiki tangga, terdapat menara “bell tower” di sebelah kiri. Sementara di sebelah kanan adalah menara gendang “drum tower”. Dua-duanya terlihat sama dari luar.
Diatas adalah pintu gerbang menuju kuil Taiyuin. Di dalam kuil tersebut adalah makam shogun yang ketiga bernama Iemitsu Tokugawa, cucu dari Ieyasu. Meskipun mirip dengan Kuil Toshogu milik Shinto, kuil ini adalah kuil Budha.
Berikut adalah bangunan utama kuil Taiyuin. Diatas adalah makam dari Iemitsu Tokugawa. Sementara di bawah adalah foto details dari bangunan-bangunan kuil Taiyuin.
Futarasan Shrine.
Dari Kuil Taiyuin kami berjalan menuju Kuil Futarasan (Futarasan Shrine). Gerimis masih belum juga berhenti, namun tidak menyurutkan semangat kami untuk melihat-lihat tempat ini. Entah karena baru pertama kali ke Jepang atau mungkin karena kami berdua menyukai sejarah, rasa lelah sama sekali tidak terasa.
Kuil Futarasan didedikasikan untuk ketiga gunung yang dianggap suci di Nikko yaitu gunung Nantai, Nyoho and gunung Taro.
Tidak ada banyak yang dilihat di area kuil Futarasan. Tapi karena letaknya yang berdekatan dengan kuil-kuil besar lain, kenapa tidak ?
Kami meninggalkan kuil Taiyuin menuju kuil Toshogu melewati gapura berwarna merah berdiri megah ditengah hutan. Sungguh luar biasa struktur bangunan-bangunan tua di Jepang.
Toshogu Shrine (Kuil Toshogu).
Toshogu Shrine adalah kuil tempat peristirahatan Tokugawa Ieyasu. Beliau adalah penemu Tokugawa Shogun, dimana telah memerintah negeri Jepang selama lebih dari 250 tahun sampai tahun 1868. Bangunan pagoda lima tingkat tersebut terletak di sebelah kiri pintu masuk utama area Toshogu Shrine.
Folosofi yang paling terkenal dari Tokugawa adalah Neo-confucianism, yang menekankan pentingnya moral, pendidikan dan sistem kelas di dalam masyarakat. Empat kelas yang paling penting adalah 1. Samurai, 2. Petani, 3. Para Tukang, dan yang ke 4. Pedangan. Orang yang tergolong dalam empat kelas tersebut tidak diperbolehkan untuk berganti status kelas.
Pada tahun 1867 sampai 1868, pemerintahan Tokugawa jatuh dikarenakan tekanan politik yang menyebabkan pemerintahan Kaisar Meiji kembali berkuasa. Kuil Toshogu adalah campuran antara agama Shinto dan Budha.
Berikut foto-foto yang kami ambil dari kuil Toshogu.
Satu hari perjalanan ke Nikko bisa dibilang masih kurang, karena hanya cukup untuk melihat kuil-kuil di National Park. Satu lagi saran saya untuk kalian yang ingin mengunjungi Nikko atau kuil-kuil di Jepang pada umumnya; baca dulu sejarah mengenai kuil tersebut karena kalian akan lebih menghargai dan menikmati apa yang kalian akan lihat.
Ikuti terus postingan-postingan Dapur Arie tentang pengalaman berlibur di Jepang berikutnya. Silahkan untuk meningggalkan pesan dibawah jika kalian memiliki pertanyaan atau pengalaman lain selama berlibur di negeri sakura. Arigato 🙂
Ps: sudahkah kalian lihat resep-resep makanan Jepang yang saya dapat dari Belajar Memasak di Jepang ?
Buku Harian Dapur Arie 15.04.2015.
Related