4 Hari Wisata Di Hakone (bagian 2)- Edisi Liburan di Jepang Day 8 to 11
4 Hari Wisata Di Hakone – bagian 2.
Kami sudah mengantongi list tempat-tempat yang ingin kami kunjungi di Hakone. Dengan berbekal peta (dalam bahasa Jepang) dan Hakone Freepass, kami siap untuk berpetualang !
Tepat jam 7 pagi, sarapan sudah di siapkan. Kami menikmati makan pagi kami sambil merencanakan jalur-jalur yang akan kami lewati. Juga urutan tempat-tempat wisata agar tidak bolak balik. Untuk sarapan, kami mendapatkan menu tradisional Jepang. Saya nge-fans banget dengan cara mereka menghidangkan menu-menu makanan tradisional Jepang.
Sup diatas adalah sup kerang yang dimasak di atas meja dengan menggunakan alat masak tradisional Jepang. Rasanya lebih enak daripada sup-sup ala Jepang yang saya makan sebelumnya.
Telor ceplokpun tak ketinggalan. Lagi-lagi alat memasaknya di taruh di atas meja. Hingga kami bisa memasaknya kapan saja kami mau.
Kenyang dengan makanan yang semuanya kami suka, kami kembali kekamar untuk berganti baju karena selama di Ryokan kami memakai Yukata.
The Little Prince Museum.
Tempat wisata pertama yang kami tuju adalah The Little Prince Museum. Tempat ini tarletak hanya beberapa ratus meter dari penginapan dimana kami tinggal, Mount View Hakone. Kami berjalan kaki kesana dan membeli tiket masuk seharga 3.200 yen atau sekitar 320.000 rupiah untuk berdua.
Udara masih sangat dingin dan kabut masih menyelimuti pegunungan sekitar.
Buku cerita anak-anak The Little Prince di tulis oleh Antoine de Saint-Exupéry, seorang penulis yang berasal dari negara Prancis yang juga seorang pilot. Buku yang dipublikasikan pada tahun 1943 ini disukai oleh berbagai kalangan dari segala usia karena ceritanya memiliki makna yang luar biasa. Tidak hanya The Little Prince, Antoine de Saint-Exupéry juga telah mengarang beberapa buku lainnya.
Pada tahun 1944, Antoine de Saint-Exupéry dikirim dalam misi penerbangan pengintai dalam persiapan untuk pendaratan Sekutu di Prancis Selatan (perang dunia ke dua). Pesawatnya ditembak jatuh oleh pilot pesawat tempur Jerman dan hilang di laut 🙁
Sebenarnya apa yang terjadi dengan penulisnya ini yang membuat saya lebih menghargai museum The Little Prince dan bukunya.
Singkat cerita dari buku The Little Prince adalah sebagai berikut.
Seorang penulis yang juga seorang penerbang mengalami kerusakan pesawat (crash) di tengah gurun Sahara. Sementara ia sedang mencoba untuk memperbaiki pesawatnya, seorang anak kecil muncul dan meminta dia untuk menggambar seekor domba. Penerbang/penulis tersebut kemudian mengetahui bahwa The Little Prince berasal dari asteroid B-612 di mana The Little Prince telah meninggalkan tiga gunung berapi dan sekuntum bunga mawar.
Sebelum mencapai Bumi, The Little Prince telah mengunjungi planet lain dan bertemu dengan beberapa orang yang sangat aneh: seorang raja, seorang pria sombong, pemabuk, tukang lampu, ahli ilmu bumi. Sejak tiba di Bumi, ia telah berbicara dengan rubah yang telah mengajarkan kepadanya bahwa “seseorang hanya dapat melihat dengan sebaik-baiknya melalui hatinya, karena yang terpenting (dalam kehidupan) tidak terlihat oleh mata.”
Untuk kembali ke planet dan bunga mawarnya, The Little Prince membiarkan dirinya digigit oleh ular berbisa: planetnya terlalu jauh, ia tidak bisa membawa tempurngnya. Sementara itu si penulis/penerbang telah berhasil memperbaiki pesawatnya dan siap meninggalkan gurun.
Cerita berakhir dengan gambar pemandangan tempat dimana sang pangeran kecil datang ke Bumi dan ketika sang ular mengambil nyawanya. Sang penulis/penerbang meminta kepada pembaca, jika menemukan seseorang anak kecil aneh yang menolak untuk menjawab pertanyaan, untuk menghubungi dia secepat mungkin.
Sang pangeran kecil dikisahkan sudah berada selama satu tahun di Bumi, dan sang narator mengakhiri ceritanya 6 tahun setelah ia diselamatkan dari gurun.
Bangunan diatas adalah duplikasi tempat tinggal si penulis semasa kecilnya.
Bangunan-bangunan di sekitar museum disesuaikan dengan bangunan disekitar si penulis tinggal.
Foto diatas kami ambil di bagian belakang area museum.
Kami menyempatkan diri untuk duduk di cafe sejenak untuk menikmati hot chocolate. Setelah itu kami berjalan keluar.
Hakone Venetian Glass Museum.
Selesai melihat-lihat The Little Prince Museum, kami meneruskan perjalanan ke Hakone Venetian Glass Museum. Perjalanan ke glass museum memakan waktu sekitar 10 menit (kurang dari 1 km) dari The little Prince.
Sesampainya disana kami membayar tiket masuk dengan harga 2.800 yen atau sekitar 280.000 untuk berdua. Setelah memasuki area museum………kami tidak menyangka, tempat ini ternyata lebih bagus dari yang kami bayangkan. Ada beberapa masterpiece yang dipajang di luar (open air).
Gedung di sebelah kiri pintu masuk (foto diatas yang sebenarnya satu gedung dengan loket penjualan tiket) adalah merupakan bangunan utama museum. Dimana barang-barang antik yang terbuat dari bahan gelas/kaca di pajang.
Palazzo Ducale Chandelier di atas di pajang bagus di tengah kolam di depan gedung museum. Masterpiece yang satu ini adalah karya dari Dale Chihuly, seorang artis pembuat barang-barang dari bahan gelas artistik yang berasal dari Amerika.
Sebelum memasuki gedung museum, kami melewati satu jempatan kecil yang dihiasi dengan butiran-butiran kristal menutupi hampir seluruh bagian jembatan kecil tersebut. Kristal-kristal tersebut berkilauan diterpa cahaya sinar matahari.
Setelah selesai melihat-lihat didalam museum, kami berjalan di taman sekitar dan menikmati indahnya suasana disana.
Cafe ala Italia diatas terletak di sebelah kanan area museum dari pintu masuk. Restaurant ini menyuguhkan menu-menu khas Italia dan pada hari tertentu terdapat seorang penyanyi Italia. Karena belum waktunya jam makan siang, maka kami tidak berhenti disana.
Acero, di luar gedung unik ini terdapat kincir angin disebelahnya. Didalam gedung, dijual berbagai macam selai terbuat dari bahan-bahan berkualitas tinggi. Saya suka sekali dengan arsitektur gedung yang satu ini karena memiliki karakter yang sangat kuat.
Kami meneruskan perjalanan memutari taman di area museum. Karena melihat ada gerobak kaki lima ala Italia yang menjual sfogliatelle, kamipun berhenti.
Sfogliatella adalah kue panggang asli Italia yang berbentuk seperti keong (shell) dengan pastry tipis yang menyerupai daun ditumpuk . Kue tersebut biasanya diisi dengan cream, keju ricotta dengan berbagai macam rasa.
Kami berdua duduk di sekitar gerobak tersebut sambil menikmati sfogliatelle kami dan secangkir hot chocolate. Indah sekali pemandangan sekitar. Tempat ini terletak diantara perbukitan, kabut masih menyelimuti sebagian dari bukit disekitar yang membuat udara bertambah dingin. Meskipun kami belum beruntung untuk bisa melihat gunung fuji karen cuaca kebanyakan mendung, namun tidak mengurangi asiknya liburan kami di Jepang. Hakone jauh dari hingar bingar kota. Tempat ini sangat layak untuk re-treat, sangat relax dan alam sekitar memiliki daya tarik yang luar biasa.
Kami berjalan menuruni tangga yang terbuat dari bambu tepat dibelakang tempat dimana kami duduk. Disana terdapat sungai kecil yang terlihat sangat bersih. Lumut hijau tua menghiasi bebatuan di sekitar sungai. Sungguh indah sekali dilihat.
Disitu juga terdapat satu lonceng dimana digunakan oleh pengunjung untuk untuk “make a wish” lalu membunyikan lonceng. Kamipun jadi ikut-ikutan, sangat romantis 🙂
Flash trees (Crystal Fountain). Letak masterpiece yang satu ini bisa berubah-ubah tergantung musim. Saat ini, Fralsh trees di pajang di area bawah didekat lonceng.
Owakudani.
Dari depan museum kami naik bus menuju ke terminal Togendai dengan menggunakan Hakone Freepass kami. Perjalanan dari Hakone Venetian Glass Museum ke Togendai memakan waktu sekitar 15 menit. Dari terminal/stasiun Togendai, kami naik Rope Car menuju Owakudani.
Owakudani adalah nama dari lembah vulkanik yang mengeluarkan sulfur dan merupakan sumber air panas di Hakone, Prefektur Kanagawa, Jepang . Tempat ini adalah salah satu tujuan wisata populer di Jepang untuk pemandangan yang indah, aktivitas gunung berapi, dan tak ketinggalan Kuro – tamago (telur hitam/black egg). Telur hitam atau Kuro-tamago adalah telur ayam lokal yang direbus dalam air panas (hot spring) di lembah Owakudani yang mengandung sulfur. Kabarnya, mengkonsumsi telur hitam ini bisa meningkatkan umur kita lebih panjang. Makan satu telur dikatakan bisa menambah masa hidup kita selama tujuh tahun. Itulah mitos orang lokal tentang Kuro-tamago.
Perjalanan dengan menggunakan rope car / ropeway sangat menyenangkan karena bisa melihat pemandangan disekitar dari atas.
Karena perut sudah dangdutan, kamipun memasuki salah satu restaurant yang berada do sana. Cara pembelian makanan disini unik. Karena model makanan di pajang didepan restaurant dengan ditutup kaca. Model-model makanan tersebut memiliki nomer-nomer tersendiri. Baru ketika kami sudah memutuskan menu apa yang ingin kami pesan, kami menghapal nomernya.
Nah setelah tahu nomer menu makanan yang akan kami pesan, kami memasukkan uang ke sebuah box atau dispenser khusus untuk memesan makanan dengan memencet nomer tersebut. Setelah uang yang kami masukkan cukup, tiket langsung keluar. Baru kemudian tiket tersebut kami bawa ke dalam restaurant dan diserahkan kepada pelayan restaurant.
Kami memesan nasi goreng dan black noodle. Rasanya kurang nendang menurut saya, tapi karena perut lapar…..hajar aja !!!
Selesai makan siang kami meneruskan perjalanan menuju ke pusat hot spring.
Setelah berjalan menaiki tangga batu dan semen buatan yang tertata rapi, sampailah kami dipusat tempat pembuatan kuro-tamago di Owakudani. Bau belerang sangat menyengat hidung, untung saja ada angin yang kadang-kadang membuat bau belerang tersebut menuju ke arah lain. Air belerang tersebut kelihatan meluap-luap. Kami bisa melihat proses pebuatan telur hitam.
Tak mau ketinggalan, kamipun membeli sebungkus telur hitam yang berisi 4 butir. Kami makan dua biji. Cara menikmati telur ini tak berbeda dengan cara makan telur rebus. Yaitu dikupas lalu ditaburi dengan sedikit merica dan garam dimana sudah disediakan dalam saset. Harga telur hitam tersebut 500 yen perbungkusnya.
Tak hanya wisatawan asing, wisatawan lokalpun ikut menikmati telur hitam di Owakudani.
Kalau sudah sampai disana, jangan lupa mengambil foto untuk kenang-kenangan 🙂
Sebelum meninggalkan Owakudani, kami menyempatkan diri untuk mencoba es krim rasa wasabi dan wijen hitam (black sesame). Kalau kalian ke Owakudani, saya sarankan untuk nyobain dua rasa es krim tersebut karena ketika kami di Hakone dan daerah-daerah lain, kami tidak bisa menemukan es krim rasa tersebut !
Tak hanya itu saja, kami juga membeli beberapa ubi jalar bakar. Rasanya manis legit seperti ubi madu di Puncak Pass Bogor.
Selesai melihat-lihat area Owakudani, kami meneruskan perjalanan dengan menggunakan ropeway / rope car. Tidak kembali menuju Togendai, melainkan meneruskan perjalanan ke arah Gora station. Dari Owakudani ke Gora station ditempuh dengan menggunakan dua macam kendaraan. Pertama Rope car / ropeway, kemudian berganti dengan cable car.
Cable car di atas yang membawa kami ke stasiun Gora.
Stasiun Gora hanya berukuran kecil, namun cukup ramai oleh wisatawan. Anyhow, jangan kaget kalau melihat bus yang melakukan U turn (atau putar balik) secara otomatis didekat stasiun Gora 🙂
Dengan menggunakan bus, kami kembali ke hotel agar tidak ketinggalan waktu makan malam.
Nah, apa juga kata saya….siapa yang mau ketinggalan makanan tradisional Jepang seperti di atas 🙂
Apalagi sup-nya yang satu ini…….yum…yum…yummmm !
Gochisōsama deshita….!!!!
Bersambung…………
Buku Harian Dapur Arie 17.04.2015
Related